Apa Itu Staking Crypto? – Semua yang Perlu Anda Ketahui Tentang Staking
Koin crypto yang beroperasi pada blockchain proof-of-stake (PoS) yang mendukung ‘staking,’ sebuah alat yang memungkinkan Anda untuk mendapatkan penghasilan pasif yang menawarkan suku bunga kompetitif saat koin dikunci.
Dilansir dari Elshinta.com, staking adalah cara yang efektif untuk menambah kepemilikan crypto Anda dengan cara mengunci token crypto yang Anda miliki sebagai imbalan atas kontribusi Anda dalam menjaga integritas dan keamanan jaringan. Imbalan staking akan didapatkan tanpa terpengaruh oleh harga pasar secara keseluruhan.
Bagi Anda pemula yang ingin mengetahui lebih dalam tentang apa itu staking crypto, baca artikel ini sampai habis dan simak penjelasan tentang cara kerja crypto staking, termasuk kelebihan, kekurangan, dan risiko yang perlu dipertimbangkan sebelum melakukannya.
Apa Itu Staking Crypto?
Untuk mengetahui apa itu staking crypto, mari kita mulai dengan dasar-dasarnya. Staking artinya mengunci token sehingga memungkinkan pemegang crypto untuk mendapatkan hadiah pasif. Konsepnya mirip dengan menyimpan uang di rekening tabungan. Pemegang crypto umumnya mendapatkan APY yang variabel sementara koin mereka dikunci dalam staking pool.
Besaran APY bervariasi tergantung pada jenis koin yang digunakan. Cryptocurrency terbaik dan koin berkapitalisasi besar seperti Ethereum dan Solana biasanya menawarkan APY sekitar 3-7%. Jumlah ini tentu jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan APY yang ditawarkan oleh koin baru.
Sebagai perbandingan, coin baru yang akan launching bisa memberikan APY dua kali lipat atau bahkan tiga digit. Staking umumnya ditawarkan oleh blockchain PoS, yang menjaga keamanan dan operasional jaringan, koin yang distaking akan tetap terkunci hingga periode staking berakhir.
Durasi ini biasanya berlangsung beberapa hari, namun bisa lebih lama tergantung proyeknya. Staking ideal untuk investor jangka panjang, di mana Anda bisa mendapatkan penghasilan pasif hanya dengan menyimpan koin. Jika tidak, koin tersebut akan menganggur di dompet crypto, sehingga Anda melewatkan peluang mendapatkan penghasilan secara pasif.
Bagaimana Cara Kerja Staking Crypto?
Sebagai cryptocurrency terbesar, apakah staking Bitcoin bisa dilakukan? Jawabannya adalah tidak. Karena Bitcoin hanya bisa ditambang dan konsesus of work tidak memungkinkan staking Bitcoin bisa dilakukan meskipun Bitcoin merupakan cryptocurrency terbesar saat ini. Mari kita lihat cara kerja staking crypto dengan contoh yang mudah dipahami.
Seorang investor memiliki 5 ETH dan mereka menyetorkannya ke dalam staking pool. Staking pool tersebut menawarkan APY sebesar 4%. Investor menyimpan 5 ETH di staking pool selama 12 bulan. Setelah 12 bulan, 5 ETH tersebut menghasilkan hadiah staking sebesar 0,2 ETH.
Investor menarik saldo staking mereka sebesar 5,2 ETH. Jika investor hanya menyimpan 5 ETH tersebut di dompet crypto, mereka akan kehilangan kesempatan mendapatkan 0,2 ETH. Inilah alasan mengapa bagi pemegang jangka panjang, staking merupakan pilihan yang tepat.
Namun, risiko staking crypto adalah nilai koin yang distaking dapat naik dan turun dan tidak dapat dijual selama masa staking. Namun saat harga token yang distaking naik, ada 2 keuntungan yang bisa didapatkan jika melakukan stake crypto adalah keuntungan dari staking dan keuntungan dari kenaikan harga token tersebut.
Misalnya, harga awal ETH adalah $2.000. Setelah 12 bulan staking, harga ETH naik menjadi $3.000. Ini berarti nilai awal 5 ETH meningkat dari $10.000 menjadi $15.000. Ditambah, imbalan staking 0,2 ETH yang diperoleh bernilai $600 saat penarikan.
Namun, nilai koin juga bisa turun selama staking, sehingga Anda bisa mendapatkan kembali jumlah yang lebih rendah dari investasi awal. Oleh karena itu, risiko staking tetap ada dan harus diperhatikan sebelum melakukannya.
Validasi Proof-of-Stake
Salah satu kunci staking adalah konsesus Proof-of-stake dari sebuah blockchain. Proof-of-stake (PoS) adalah mekanisme konsensus yang memungkinkan blockchain untuk memverifikasi transaksi. Ini menjaga ekosistem blockchain tetap terdesentralisasi, memastikan tidak ada satu entitas yang memiliki kendali penuh atas jaringan.
Berdasarkan informasi yang kami dapatkan dari blog Binus University, Blockchain PoS tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga ideal untuk menghasilkan penghasilan pasif. Siapa pun dapat menjadi validator staking dengan mengunci koin mereka.
Validator bertanggung jawab untuk memvalidasi transaksi, seperti transfer antar dompet. Sebagai validator, Anda memastikan jaringan berjalan jujur dan sah. Bertindak dengan itikad buruk dapat menyebabkan koin yang distaking akan disita oleh jaringan, sehingga validator memiliki insentif finansial untuk bertindak dengan baik.
Bitcoin menggunakan mekanisme konsensus proof-of-work (PoW), yang tidak hanya buruk bagi lingkungan tetapi juga dianggap sistem yang tidak adil. Seperti sudah dijelaskan dibagian atas, staking Bitcoin tidak dapat dilakukan.
Dalam proof-of-work (PoW), mereka yang memiliki daya komputasi terbesar, yang membutuhkan sumber daya finansial besar, memiliki peluang terbaik untuk mendapatkan hadiah. Hal ini tidak terjadi pada PoS, karena investor dapat memulai hanya dengan beberapa dolar.
Apa Itu Liquid Staking Crypto?
Salah satu kelemahan staking crypto adalah kurangnya akses terhadap dana likuid. Koin yang distaking tidak dapat digunakan atau ditebus selama dikunci di staking pool. Solusi untuk masalah ini adalah platform liquid staking. Platform ini memungkinkan pengguna crypto untuk mendapatkan hadiah staking sekaligus tetap memiliki akses ke likuiditas.
Contoh yang populer adalah Lido. Misalkan Anda menyetor 1,5 ETH ke staking pool Lido. ETH tersebut menghasilkan APY sebesar 5%. Anda langsung menerima 1,5 stETH, sebuah koin crypto yang terikat dengan ETH.
stETH ini bisa digunakan untuk berbagai tujuan, seperti diperdagangkan, menghasilkan yield di platform DeFi, atau dijual di bursa. Namun, liquid staking memiliki syarat penting. Koin asli hanya bisa ditebus setelah aset likuid dikembalikan. Jadi, dalam contoh ini, pengguna akan menerima kembali 1,5 ETH setelah mereka menyetor ulang 1,5 stETH.
Kelebihan Staking Crypto
Setelah menjawab pertanyaan ‘Apa itu staking crypto?’ mari kita jelajahi mengapa perlu melakukan crypto staking dengan melihat kelebihan dan kekurangannya, dimulai dari manfaat utamanya.
Mendapatkan Penghasilan Pasif dari Crypto
Keuntungan stake crypto adalah dengan staking crypto terbaik Anda bisa mendapatkan sumber penghasilan tambahan saat berinvestasi dalam cryptocurrency, mirip dengan membeli saham dividen. Pemegang saham dividen bisa mendapatkan keuntungan dari dua cara, pembayaran dividen kuartalan dan kenaikan harga saham.
Investor tidak hanya diuntungkan saat harga crypto naik, tetapi juga dari distribusi hasil staking yang biasanya dilakukan setiap hari atau mingguan. Hal ini memungkinkan investor untuk menggandakan pendapatan mereka.
Misalnya, jika Anda menerima imbalan staking sebesar 0,1 ETH. ETH tersebut dapat disetorkan kembali ke staking pool yang sama, sehingga menghasilkan penghasilan staking tambahan. Dengan kata lain, strategi staking yang terkomposisi dapat mempercepat pengembalian crypto Anda, mirip dengan reinvestasi dividen ke pasar saham.
Berpartisipasi dalam Keamanan Jaringan
Staking crypto tidak hanya sekadar alat penghasilan pasif, tetapi juga menjaga keamanan jaringan yang bersangkutan. Saat melakukan staking artinya ada orang akan menjadi validator yang bertanggung jawab memverifikasi transaksi. Ini memberikan insentif finansial bagi validator untuk bertindak jujur dan kredibel.
Jika tidak, validator bisa dikenakan penalti keuangan atau ‘slashing’. Slashing terjadi ketika validator bertindak dengan niat buruk atau tidak dapat diandalkan, seperti offline dalam waktu lama. Sistem insentivisasi ini membantu menjaga keamanan ekosistem blockchain bagi semua pengguna.
Fleksibilitas Jangka Waktu Staking dan Minimal yang Rendah
Koin yang distaking tetap terkunci, artinya tidak bisa dijual atau ditransfer. Namun, beberapa staking menawarkan jangka waktu yang fleksibel, tergantung pada koinnya. Ini memungkinkan investor untuk menarik koin mereka kapan saja tanpa penalti finansial. Selain itu, staking seringkali memiliki minimum yang rendah.
Misalnya, meskipun blockchain Ethereum membutuhkan 32 ETH untuk menjadi validator, pooled staking memungkinkan Anda memulai hanya dengan 0,01 ETH atau sekitar $30 berdasarkan harga pasar saat ini. Dengan demikian, staking adalah alat penghasilan yang inklusif dan cocok untuk semua anggaran.
Kekurangan Staking Crypto
Setelah mengenal apa itu staking dan kelebihannya, sekarang kita akan beralih ke kekurangan dari salah satu cara investasi crypto yang satu ini.
Periode Penguncian
Tidak semua ekosistem staking menawarkan fleksibilitas. Sebaliknya, periode penguncian minimum sering kali diberlakukan, biasanya berlangsung beberapa hari atau minggu. Beberapa staking pool menawarkan hadiah yang lebih besar untuk jangka waktu yang lebih lama, seperti 3 atau 6 bulan.
Ini berarti Anda tidak dapat mengakses koin hingga jangka waktu tersebut berakhir. Misalnya, jika Anda melakukan staking koin untuk jangka waktu 3 bulan dan nilainya meningkat 400%, Anda tidak bisa menjualnya karena periode staking masih berjalan. Nilai koin bisa turun secara signifikan setelah periode tersebut berlalu.
Inflasi Token
Selain biaya transaksi, hadiah staking juga dihasilkan dari web 3.0 coin yang baru diciptakan. Misalnya, menurut sebuah studi MDPI, sekitar 1.600 token ETH dicetak setiap hari. Koin-koin ini dibagikan kepada validator, yang menyebabkan peningkatan suplai ETH. Akibatnya, staking bisa menyebabkan inflasi, yang bisa merugikan pemegang koin.
Namun, cryptocurrency terbaik untuk staking memiliki kebijakan inflasi yang bijaksana. Misalnya, tingkat inflasi awal Solana adalah 8%, yang berkurang 15% setiap tahun hingga mencapai tingkat inflasi jangka panjang sebesar 1,5%. Hal ini menjadikan ekosistem Solana berkelanjutan untuk hasil staking.
Apakah Staking Crypto Aman?
Secara umum, crypto staking relatif aman. Koin yang distaking akan disimpan dalam smart contract, yang memiliki syarat dan ketentuan yang transparan dan tidak dapat diubah. Ini berarti koin yang di-stake tidak bisa ditarik oleh proyek tersebut karena smart contract bersifat terdesentralisasi dan tidak dapat diubah.
Namun, ada pengecualian. Beberapa layanan staking dan pool ditawarkan oleh platform pihak ketiga seperti bursa crypto. Meskipun hasil yang ditawarkan lebih tinggi dan minimum yang lebih terjangkau, ini menghadirkan risiko pihak ketiga. Oleh karena itu, investor harus memastikan mereka menggunakan platform yang tepercaya saat melakukan staking.
Risiko Staking Crypto
Menurut informasi dari CNBC Indonesia, Investor crypto di Indonesia sudah mencapai 19 juta orang. Namun bukan berarti mereka semua paham soal crypto. Sebagian dari mereka juga hanya ikut-ikutan dan FOMO, bahkan berani memulai trading dan staking tanpa mengetahui risikonya. Berikut adalah risiko staking yang mungkin akan dihadapi oleh para investor:
- Slashing – Bagi mereka yang langsung melakukan staking di jaringan PoS, mereka akan menjadi validator. Risiko utama di sini adalah slashing, yaitu penalti keuangan untuk pelanggaran tertentu, seperti menambahkan transaksi berbahaya ke jaringan atau tidak online untuk waktu yang lama. Slashing dapat menyebabkan hilangnya sebagian atau seluruh koin yang distaking.
- Volatilitas: Bahkan crypto yang menjanjikan saja sangat volatil. Meskipun staking memastikan aliran penghasilan pasif selama kondisi pasar yang bergejolak, Anda mungkin mendapatkan kembali jumlah yang lebih sedikit daripada saat Anda mulai, setidaknya dalam nilai dolar. Hal ini disebabkan nilai koin bisa turun secara signifikan.
- Risiko Pihak Ketiga – Menggunakan platform staking pihak ketiga menghadirkan risiko pihak ketiga karena Anda mempercayakan platform tersebut untuk bertindak secara bertanggung jawab dan etis. Pada saatnya, Anda akan meminta penarikan dari platform tersebut, yang berarti Anda tidak akan menerima koin yang distaking hingga penarikan disetujui.
Cara Memulai Staking Crypto
Berikut adalah langkah-langkah umum yang harus dilakukan untuk memulai crypto staking.
Langkah 1: Pilih Platform
Pertama, pilih layanan atau platform staking yang tepercaya. Platform staking crypto terbaik tidak hanya aman, tetapi juga menawarkan APY yang kompetitif dan syarat yang fleksibel. Pastikan juga untuk memeriksa koin apa saja yang didukung dan apakah ada persyaratan minimum akun.
Langkah 2: Pilih Crypto dan Periode Penguncian
Setelah itu, pilih koin crypto terbaik untuk distaking, beberapa meme crypto juga menawarkan imbalan staking tinggi dan setorkan koin tersebut. Ini dilakukan melalui transfer dompet-ke-dompet, dan platform akan memberikan alamat dompet unik untuk setoran.
Beberapa platform staking juga memungkinkan Anda menghubungkan dompet pribadi dan secara otomatis melakukan staking koin. Anda mungkin juga perlu memilih periode penguncian. Semakin lama jangka waktunya, biasanya semakin tinggi APY-nya.
Langkah 3: Dapatkan Hadiah
Sebagian besar penyedia staking menawarkan imbalan yang didistribusikan secara otomatis, seringkali setiap hari atau mingguan. Hadiah ini akan ditransfer ke dompet Anda dan terus berlanjut hingga koin di-unstake dan ditarik.
Namun, beberapa kesepakatan staking bekerja secara berbeda. Anda mungkin harus mengklaim imbalan staking secara manual, di mana imbalan dan setoran asli akan diklaim bersama setelah Anda melakukan unstake koin.
Apakah Staking Crypto Layak Dilakukan?
Sebagian besar ahli berpendapat bahwa staking adalah langkah cerdas, terutama bagi investor jangka panjang. Ini adalah cara sederhana untuk menghasilkan pendapatan pasif, memungkinkan Anda untuk menggandakan penghasilan dan aset crypto Anda. Selain itu, staking juga membantu menjaga keamanan jaringan.
Namun, risiko staking tetap ada. Nilai koin bisa menurun, dan Anda tidak bisa menarik koin hingga periode staking selesai. Selain itu, ada risiko pihak ketiga saat menggunakan platform staking eksternal.
Kesimpulan
Staking crypto merupakan cara efektif untuk memperoleh penghasilan pasif dengan mengunci aset crypto dalam jaringan blockchain berbasis Proof-of-Stake (PoS). Investor bisa mendapatkan imbalan berupa APY variabel yang didistribusikan secara teratur, tergantung pada durasi penguncian dan jenis koin yang digunakan.
Meskipun demikian, staking membawa risiko volatilitas harga koin yang dapat mengakibatkan penurunan nilai aset selama periode staking. Selain itu, staking juga membantu menjaga keamanan jaringan blockchain dengan memberikan insentif kepada validator untuk berperilaku jujur.
Namun, investor perlu mempertimbangkan risiko slashing dan penggunaan platform pihak ketiga yang dapat menimbulkan risiko keamanan. Oleh karena itu, staking ideal bagi investor jangka panjang yang memahami risikonya dan ingin mendapatkan penghasilan tambahan secara pasif.
FAQs
Apa itu staking crypto?
Staking pada crypto adalah proses mengunci aset crypto dalam jaringan blockchain berbasis Proof-of-Stake (PoS) untuk mendapatkan imbalan pasif.
Bagaimana cara kerja staking pada crypto?
Investor mengunci koin mereka dalam staking pool dan mendapatkan imbalan dalam bentuk APY yang didistribusikan secara berkala.
Apa risiko utama crypto staking?
Risiko utama adalah volatilitas harga koin, periode penguncian, dan kemungkinan penalti slashing bagi validator yang tidak mematuhi aturan.
Apakah semua koin crypto bisa di-stake?
Tidak, hanya koin yang menggunakan mekanisme Proof-of-Stake (PoS) yang bisa di-stake, seperti Ethereum dan Solana.
Referensi
- Crypto Staking, cara kerja dan manfaatnya dalam investasi cryptocurrency (Elshinta.com)
- Teknologi Blockchain yang Ramah Lingkungan (Binus University)
- Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Transaksinya Rp 33,69 T (CNBC Indonesia)