BTC 2.19%
$62,031.46
ETH 2.96%
$2,416.44
SOL 4.53%
$142.83
PEPE 8.26%
$0.0000092
SHIB 6.97%
$0.000017
BNB 1.95%
$555.22
DOGE 3.57%
$0.10
XRP 2.77%
$0.53
TG.Casino
diberdayakan oleh $TGC

Apa Itu Teknologi Blockchain dan Bagaimana Cara Kerjanya?

Ajeng Tiara | Diverifikasi oleh Rinaldy
| 16 min read
Pemberitahuan: Penting untuk diingat bahwa investasi di crypto memiliki risiko tinggi. Artikel ini disediakan sebagai informasi dan bukan sebagai saran investasi. Dengan menggunakan situs ini, Anda menyetujui syarat dan ketentuan kami. Kami mungkin saja menggunakan tautan afiliasi dalam konten kami dan menerima komisi.

Teknologi Blokchain

Teknologi blockchain pertama kali mendapat perhatian publik pada tahun 2009 dengan diluncurkannya jaringan Bitcoin. Namun, blockchain sebenarnya sudah ada sebelum Bitcoin, dan penerapannya jauh lebih luas dari sekedar sebagai alat transaksi peer-to-peer seperti Bitcoin.

Sistem blockchain dapat mendukung berbagai jenis aplikasi, seperti menyimpan data secara digital hingga pencatatan transaksi saham. Kita akan membahas tentang apa itu teknologi blockchain, tujuan dari teknologi block chain, hingga beberapa contoh penggunaannya. Untuk memahami semuanya, pastikan Anda membaca artikel ini sampai habis.

Apa Itu Teknologi Blockchain?

Apa itu blockchain? Dilansir dari CNBC teknologi blockchain artinya sebuah teknologi yang digunakan sebagai sistem penyimpanan atau bank data secara digital yang terdistribusi (distributed ledger) dan tidak dapat diubah.

Secara sederhana, Anda bisa membayangkan blockchain sebagai sebuah garis waktu digital, yang berisi catatan tentang apa saja yang terjadi dan kapan terjadinya.

Mari kita uraikan secara sederhana, dengan menjelaskan setiap aspek secara singkat.

  • Blockchain berfungsi seperti sebuah penyimpan digital yang mencatat semua transaksi atau data yang masuk. Namun, penyimpan digital ini berbeda dari penyimpan digital tradisional.
  • Konsep blockchain juga berfungsi sebagai catatan waktu yang akurat. Setiap data yang masuk ke dalam blockchain diberi cap waktu (timestamp). Ini membuat semua transaksi atau informasi dapat dilacak dengan jelas, sehingga kita tahu persis kapan suatu peristiwa itu terjadi.
  • Salah satu keunggulan teknologi blockchain adalah catatan yang ada tidak dapat diubah setelah ditulis. Setiap data yang sudah tercatat akan terkunci secara permanen. Jika ada orang yang mencoba mengubah data tersebut, jaringan akan menolak perubahan tersebut karena salinan tersebut menunjukkan informasi yang berbeda.

Blockchain pada dasarnya adalah sistem pencatatan transaksi (atau data lainnya) yang mirip dengan basis data. Perbedaannya, transaksi ini disimpan dalam blok-blok yang berurutan, seperti wadah yang terhubung satu sama lain.

Setiap blok berisi kumpulan data, dan blok-blok ini kemudian dirangkai bersama dalam urutan kronologis, membentuk rantai yang saling terhubung, atau yang kita kenal sebagai blockchain.

Tidak seperti database biasa, data dalam jaringan blockchain sangat sulit diubah. Jika di database, Anda bisa menghapus atau mengedit data dengan mudah, di blockchain, setiap data didistribusikan dan diamankan.

Bagaimana Cara Kerja Teknologi Blockchain?


Setelah mengetahui apa itu Blockchain, sekarang mari kita pelajari bagaimana cara kerjanya. Pertama, mari kita pahami struktur umum teknologi blockchain. Setelah itu, kita akan membahas pilar-pilar utama yang mendukung banyak blockchain terkenal saat ini.

Sebagai contoh, mari kita lihat bagaimana transaksi Bitcoin bekerja dan menjadi bagian dari penyimpan digital yang tidak bisa diubah.

  1. Jimmy mengirim satu cryptocurrency terbaik yaitu bitcoin ke Aldi melalui dompet Bitcoin. Dompet tersebut menyiarkan transaksi ke jaringan, menggunakan alamat kriptografi untuk Jimmy dan Aldi, bukan identitas asli mereka.
  2. Penambang Bitcoin kemudian memproses transaksi ini. Mereka memecahkan masalah kriptografi sebagai bagian dari proof of work (PoW) yang digunakan untuk konsensus di Bitcoin.
  3. Setelah penambang menemukan blok yang sesuai, transaksi dimasukkan ke dalamnya. Sebelum itu, transaksi disimpan di memory pool (area penyimpanan sementara).
  4. Jaringan Bitcoin memverifikasi validitas blok. Jika valid, blok baru ditambahkan ke blockchain, terhubung dengan blok sebelumnya melalui hash kriptografi.
  5. Dan terakhir, node Bitcoin di seluruh dunia memperbarui salinan blockchain mereka. Transaksi akan diamankan oleh stempel waktu untuk mencegah pembelanjaan ganda.

ilustrasi blockchain - Teknologi Blockchain

Transaksi antara Jimmy dan Aldi mencakup empat pilar utama sistem blockchain: desentralisasi, tidak dapat diubah, transparansi, dan aman.

Selanjutnya, mari kita bahas masing-masing pilar ini secara lebih rinci tentang teknologi blockchain.

1. Desentralisasi (Decentralization)

Desentralisasi berarti tidak ada satu pihak yang mengendalikannya. Sebagai gantinya, blockchain disalin ke ribuan node yang tersebar di seluruh dunia.

Konsensus, kesepakatan tentang status blockchain, juga dilakukan secara desentralisasi. Ini berarti tidak ada satu pihak yang menentukan, melainkan semua node di jaringan berperan dalam mencapai kesepakatan. Singkatnya, tidak ada otoritas pusat yang mengatur keabsahan transaksi.

Sebaliknya, teknologi blockchain menggunakan seperangkat aturan, atau protokol, untuk mencapai kesepakatan tentang status blockchain dan menambahkan transaksi baru ke dalam blok.

Metode ini berbeda dari sistem keuangan tradisional, di mana bank atau pemroses pembayaran sering kali menjadi penengah transaksi.

Seperti contoh kasus pada Jimmy dan Aldi, dalam blockchain, jaringan hanya memeriksa apakah Jimmy memiliki bitcoin yang cukup untuk dikirim ke Aldi. Identitas dan tujuan pembayaran tidak perlu diketahui.

Namun, tidak semua blockchain bersifat desentralisasi. Misalnya, blockchain pribadi mungkin memiliki metode konsensus yang terpusat atau aspek lainnya yang terpusat.

Beberapa blockchain bisa dimulai dengan karakteristik terpusat dan kemudian beralih ke desentralisasi. Contohnya, jaringan Cardano berencana mendesentralisasikan pengembangan melalui pemungutan suara dengan rencana Voltaire fork.

2. Data Tidak Dapat Diubah (Immutability)

Dalam konteks sistem teknologi blockchain, immutability atau tidak dapat diubah berarti tidak bisa mengubah transaksi yang sudah tercatat di blockchain.

Di dunia keuangan atau penyimpanan data tradisional, seorang peretas atau orang dengan akses administrator bisa mengubah data. Contohnya, serial TV Mr. Robot menceritakan tentang kelompok peretas yang mencoba menghapus utang konsumen global dengan menyerang database keuangan.

Sebaliknya, konsep blockchain dirancang untuk bersifat permanen, selama node jaringan masih ada. Aspek lain dari keamanan blockchain adalah finalitas, yaitu saat transaksi tidak bisa dibatalkan.

Di jaringan Bitcoin dan web 3.0 coin, transaksi dianggap final setelah enam konfirmasi blok, atau sekitar satu jam. Biaya komputasi untuk mengubah transaksi setelah titik ini sangat tinggi, sehingga hampir mustahil dilakukan.

Secara praktis, transaksi kecil dianggap final setelah dimasukkan ke dalam blok. Immutability ini menawarkan berbagai manfaat, termasuk keuntungan bagi beberapa kasus penggunaan bisnis.

  • Pencegahan Penipuan: Immutability yang dimiliki teknologi blockchain membuatnya mustahil untuk mengubah transaksi sebelumnya atau menambahkan transaksi baru untuk tujuan penipuan.
  • Keamanan: Transaksi keuangan dan aplikasi bisnis seperti pelacakan rantai pasokan bergantung pada data yang dapat diandalkan. Immutability memastikan bahwa data tidak berubah.
  • Efisiensi Audit: Audit berdasarkan data blockchain lebih efisien dibandingkan audit database yang bisa mahal. Di block chain, data akan tetap seperti apa adanya.
  • Akuntabilitas: Catatan permanen memungkinkan siapa saja yang memiliki akses ke blockchain untuk melacak peristiwa dan menentukan kapan peristiwa itu terjadi. Ini bisa membantu dalam menyelesaikan masalah tanggung jawab atau meningkatkan efisiensi.

3. Transparansi Penyimpanan Digital (Transparency Public Ledger)

Blockchain publik menggunakan penyimpan digital terbuka yang dapat dilihat oleh siapa saja. Karena blockchain disalin di banyak node di seluruh dunia, data tetap dapat diakses oleh semua orang.

Data transaksi lengkap untuk seluruh blockchain Bitcoin, dimulai dari Blok Genesis, yang merupakan blok Bitcoin pertama. Begitu juga dengan blok pertama Ethereum dapat dilihat oleh siapa saja. Sebagian besar blockchain mata uang kripto populer menggunakan penyimpan digital yang bersifat terbuka.

Namun, tidak semua blockchain transparan. Blockchain pribadi biasanya tidak membuat data transaksi tersedia untuk umum.

4. Perlindungan Informasi dengan Kriptografi (Security)

Teknologi blockchain menggunakan kriptografi untuk mengamankan jaringan, mencatat transaksi, dan melindungi identitas.

Dilansir dari Telkom University kriptografi adalah ilmu yang mempelajari teknik untuk mengamankan informasi, seperti melindungi kerahasiaan data, menjaga integritas data, dan memastikan keabsahan data.

Mata uang kripto yang menjanjikan berhasil menarik perhatian publik karena menggunakan kriptografi dalam jaringannya. Sistem blockchain memanfaatkan hash kriptografi, yaitu nilai alfanumerik yang dihasilkan dari data asli melalui algoritma enkripsi.

Sebagai contoh, Bitcoin menggunakan enkripsi double SHA-256 untuk menghasilkan hash dari input data. Kriptografi adalah inti dari penambangan Bitcoin, dan hash kriptografi juga digunakan untuk alamat dompet dan menghubungkan blok-blok.

Sha-256 - Teknologi Blockchain

Saat Jimmy mengirim satu bitcoin ke Aldi, Jimmy menggunakan alamat dompet publiknya sebagai alamat pengirim dan alamat publik Aldi sebagai alamat penerima. Alamat-alamat ini berasal dari enkripsi kunci private masing-masing pengguna, menghasilkan rangkaian huruf dan angka yang tampak acak.

Namun, hasil enkripsi tidak acak. Input yang sama selalu menghasilkan output yang sama dengan algoritma enkripsi yang sama. Jika satu karakter input berubah, hash yang dihasilkan juga akan berubah.

Hash kriptografi dari satu blok dimasukkan ke dalam blok berikutnya, membentuk rantai yang tidak dapat diubah. Dengan demikian, kriptografi melindungi transaksi dan data di blockchain crypto dari perubahan.

3 Jenis Elemen Utama Jaringan Teknologi Blockchain


Dikutip dari CRMS Indonesia, jaringan teknologi blockchain terdiri dari sekelompok komputer yang meng-host blockchain, memvalidasi data atau transaksi untuk dimasukkan ke dalam blockchain, dan dalam beberapa kasus, menjalankan smart contract di jaringan. Kita akan membahas smart contract lebih lanjut.

Secara umum, jaringan ini terbagi menjadi tiga jenis jaringan utama, antara lain: jaringan blockchain publik, jaringan blockchain pribadi, dan blockchain konsorsium.

Jaringan Blockchain Publik

Contoh transaksi Bitcoin sebelumnya menunjukkan karakteristik utama dari jaringan blockchain publik.

  • Blockchain publik menawarkan akses universal, di mana siapa saja dapat menjalankan node, mengunduh salinan block chain, atau melakukan transaksi di jaringan.
  • Blockchain publik juga transparan. Sebagian besar blockchain publik membuat data tersedia untuk semua orang. Namun, beberapa blockchain yang fokus pada privasi, seperti Monero, menyembunyikan jumlah transaksi atau data lainnya.
  • Sebagian besar blockchain publik bersifat desentralisasi. Desentralisasi dapat mencakup beberapa aspek jaringan, seperti jumlah node yang meng-host blockchain, jumlah node yang terlibat dalam konsensus, hingga metode pengambilan keputusan untuk meningkatkan jaringan.
  • Konsensus yang desentralisasi sering membuat blockchain publik lebih lambat dibandingkan dengan blockchain pribadi. Metode konsensus seperti proof of work pada Bitcoin menyebabkan proses transaksi pada blok yang lebih lambat (sekitar 10 menit untuk Bitcoin).
  • Blockchain publik menggunakan alamat pseudonim. Daripada menggunakan nama asli atau login, blockchain publik menggunakan alamat dompet sebagai identitas pengguna. Namun, ada kemungkinan menghubungkan identitas asli dengan alamat blockchain melalui pola atau petunjuk lainnya.
  • Blockchain publik juga bersifat tidak dapat diubah. Transaksi akhir adalah inti dari teknologi blockchain, di mana transaksi dan data tidak dapat diubah.

Sebagai contoh dari sistem block chain publik, kita bisa melihat beberapa mata uang kripto dan daftar altcoin yang terkenal seperti:

  • Bitcoin
  • Ethereum
  • Avalanche
  • Dogecoin
  • Litecoin

Jaringan Blockchain Pribadi

Sesuai dengan namanya, jaringan blockchain pribadi tidak dirancang untuk diakses oleh publik. Bisnis dan organisasi dapat menggunakan blockchain pribadi untuk mengelola data yang khusus memenuhi kebutuhan mereka.

Berikut beberapa keunggulan yang dimiliki oleh jaringan blockchain pribadi antara lain sebagai berikut:

  • Akses dalam blockchain pribadi dibatasi. Hanya entitas yang diizinkan yang bisa melihat data atau berpartisipasi dalam jaringan ini.
  • Jaringan privat sering kali menggunakan metode konsensus khusus. Berbeda dengan jaringan publik yang mengandalkan konsensus desentralisasi, jaringan privat mungkin menggunakan metode yang lebih sederhana dan melibatkan lebih sedikit node.
  • Blockchain pribadi memungkinkan tinjauan dan audit yang terkontrol. Hanya entitas tertentu yang diberikan hak untuk meninjau dan mengaudit data.
  • Desentralisasi tetap dimungkinkan. Jaringan privat masih bisa mendukung transaksi peer-to-peer (P2P) dan node terdesentralisasi.
  • Sebagian besar blockchain pribadi bersifat tidak dapat diubah. Data dalam sistem teknologi blockchain pribadi biasanya tidak bisa diubah, berbeda dengan basis data pribadi tradisional yang mudah diubah.

Contoh jaringan blockchain pribadi dengan akses berizin adalah Blockchain Quorum, yang menurut informasi yang kami dapatkan dari blockchainmedia.id, baru-baru ini diakuisisi oleh Consensys. Quorum merupakan hasil pengembangan dari blockchain Ethereum dan mendukung smart contract, dengan waktu blok yang lebih cepat dibandingkan Ethereum.

Jenis lain dari teknologi blockchain adalah hybrid blockchain, yang menggabungkan data publik dan privat. Data publik dapat diakses oleh siapa saja, sedangkan data privat hanya bisa dilihat oleh entitas yang memiliki izin. Quorum menawarkan transaksi terbuka dan privat.

Konsorsium Blockchain

Konsorsium blockchain adalah jenis jaringan blockchain yang dikelola bersama oleh beberapa entitas, seperti perusahaan dalam industri yang sama atau unit bisnis dari perusahaan yang sama.

Konsorsium ini bekerja sama untuk mengelola sistem teknologi blockchain demi mencapai tujuan bersama. Berikut ini beberapa fungsi dari konsorsium blockchain:

  • Konsorsium blockchain menjaga privasi data. Akses bisa dibatasi untuk melindungi data sensitif dan memastikan privasi.
  • Jaringan konsorsium blockchain memungkinkan transaksi yang cepat. Basis pengguna yang lebih kecil dan mekanisme konsensus yang lebih efisien membuatnya jauh lebih cepat dibandingkan jaringan blockchain publik. Biasanya, blockchain konsorsium menggunakan proof of authority.
  • Node di konsorsium blockchain mengikuti protokol yang disepakati. Meskipun node mungkin dikelola oleh entitas berbeda dalam konsorsium, semua node mengikuti protokol yang sama.

Corda adalah contoh solusi konsorsium blockchain populer yang menghubungkan bisnis serupa seperti perbankan, layanan keuangan, dan asuransi, serta unit bisnis dalam perusahaan. Misalnya, Chubb menggunakan (ledger) terdistribusi berbasis Corda untuk mengotomatisasi alur kerja.

Apa Itu Protokol dan Platform Blockchain?


Sekarang Anda tentu sudah mengetahui apa itu blockchain. Lantas, bagaimana dengan protokol dan platform blockchain itu sendiri? Protokol dan platform adalah dua komponen kunci dalam teknologi blockchain, tetapi sering kali tidak dipahami dengan jelas.

Lalu, Blockchain itu apa? Dilansir dari Gramedia teknologi blockchain artinya teknologi yang menyimpan data dalam bentuk blok-blok yang terhubung secara aman melalui kriptografi. Setiap blok berisi catatan transaksi yang tidak dapat diubah, menciptakan sistem yang transparan dan terdesentralisasi.

Teknologi ini banyak digunakan dalam berbagai aplikasi game penghasil crypto, dan juga mata uang kripto, untuk memastikan data tetap aman, dapat dilacak, dan sulit dimanipulasi. Tujuannya adalah membentuk jaringan di mana setiap blok terhubung dengan blok lainnya, membentuk sebuah rantai.

Aturan dan Prosedur Protokol Blockchain

Protokol adalah kumpulan aturan yang mengatur cara kerja jaringan blockchain, berfungsi sebagai lapisan dasar dari sistem tersebut.

Selanjutnya, kita akan membahas tentang platform, yang memungkinkan pengembangan lapisan sekunder dan ekosistem aplikasi. Keduanya saling melengkapi, dan beberapa proyek blockchain memiliki elemen yang tumpang tindih.

Secara teknis, protokol mendefinisikan bagaimana sistem blockchain berfungsi. Berikut adalah beberapa elemen dari protokol blockchain crypto:

  • Tata Kelola – Teknologi Blockchain terdesentralisasi memerlukan cara untuk mengatur dan memutuskan perubahan. Siapa yang menentukan kapan kode blockchain harus diubah? Banyak proyek yang memberi hak suara kepada pemegang token untuk membuat perbaikan.
  • Metode Konsensus – Bitcoin menggunakan blockchain crypto proof of work untuk membuat kesepakatan antara node tentang status blockchain. Ethereum awalnya menggunakan proof of work tetapi kini beralih ke proof of stake (PoS). Beberapa proyek lain menggunakan metode konsensus yang berbeda.
  • Kriptografi – Fungsi hash dalam algoritma memiliki aturan tertentu. Setiap proyek bisa memilih algoritma yang berbeda. Bitcoin menggunakan SHA-256 dan sering menjalankan hash hasilnya dua kali (double SHA-256). Sementara itu, Ethereum menggunakan Keccak-256.
  • Ukuran Blok – Bitcoin membatasi ukuran blok berdasarkan kapasitas memori, sementara Ethereum menetapkan ukuran target berdasarkan biaya transaksi.
  • Tokenomic – Aturan mengenai bagaimana crypto baru dibuat dan bagaimana total pasokan dikelola oleh protokol juga penting untuk dipahami.

Berikut ini beberapa jaringan blockchain yang juga merupakan protokol di balik layar, antara lain:

  • Protokol Bitcoin
  • Protokol Ethereum
  • Protokol Solana
  • Protokol Cardano
  • Protokol Monero

Ekosistem untuk Implementasi di Platform Blockchain

Proyek teknologi blockchain juga memiliki tujuan sederhana, seperti Bitcoin, yang dirancang sebagai sistem uang elektronik peer-to-peer. Namun, ada juga proyek blockchain yang berfungsi sebagai platform untuk pengembangan pihak ketiga.

Protokol Ethereum memimpin dengan dukungan smart contract, yaitu program kondisional yang berjalan di jaringan blockchain. Blockchain berikutnya mengembangkan kemampuan ini lebih jauh, dengan merancang blockchain crypto yang dapat menjalankan blockchain tambahan yang lebih khusus, masing-masing juga mampu menjalankan smart contract. Contohnya:

  • Ethereum
  • Avalanche
  • Polkadot
  • Polygon

Proyek lainnya yang menargetkan aplikasi komersial, menawarkan cara untuk mengimplementasikan konsep blockchain yang disesuaikan untuk kebutuhan industri tertentu. Misalnya:

  • R3 Corda
  • Hyperledger
  • Ethereum
  • EOSIO
  • ConsenSys Quorum

Apa yang Dimaksud dengan Smart Contract?


Teknologi blockchain menawarkan cara yang kuat untuk menyimpan data dan transaksi, tetapi smart contract memungkinkan fungsi baru di luar pencatatan.

Dilansir dari Binus University, Smart contract adalah kondisi program yang dibangun dengan bahasa pemrograman. Contohnya, jika suatu kondisi terpenuhi, maka lakukan aksi tertentu.

Ethereum diluncurkan dengan mendukung smart contract, menjadi blockchain pertama yang mendukungnya. Meskipun konsep smart contract bukanlah hal baru karena sudah ada sejak tahun 1990-an.

Di blockchain publik, smart contract memungkinkan transaksi kompleks dan menciptakan dunia keuangan terdesentralisasi (DeFi) serta berbagai aplikasi DeFi coin lainnya.

Sebagai perbandingan, Bitcoin mendukung pengiriman dan penerimaan, dengan fitur tambahan seperti inskripsi. Bitcoin dirancang sebagai uang terdesentralisasi. Sebaliknya, Ethereum mendukung aplikasi terdesentralisasi (dApps) yang lengkap, mulai dari pertukaran terdesentralisasi hingga platform peminjaman dan dunia metaverse.

Di blockchain pribadi, smart contract dapat mencakup kontrak yang spesifik untuk industri, yang dieksekusi saat kondisi tertentu terpenuhi.

Keuntungan dan Kerugian Teknologi Blockchain


Dilansir oleh ruangkerja.id, Inovasi dalam teknologi blockchain menjanjikan perubahan besar dalam cara kita berinteraksi dengan aset dan data. Namun, baik blockchain maupun sistem tradisional memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Solusi terbaik mungkin tergantung pada tujuan yang ingin dicapai.

Kelebihan dari Blockchain

Sistem blockchain membawa beberapa kelebihan dibandingkan dengan sistem tradisional. Berikut ini beberapa kelebihan yang bisa Anda dapatkan dari blockchain:

  • Tidak dapat diubah – Data blockchain tidak dapat diubah dengan mudah. Mengubah data akan merusak rantai. Insentif dan disinsentif ekonomi yang tertanam dalam setiap protokol membantu mencegah upaya perubahan.
  • Transparansi – Blockchain publik membuat data transaksi tersedia untuk siapa saja. Menawarkan berbagai keuntungan, termasuk peningkatan kepercayaan dan akuntabilitas. Transparansi juga sering kali mencakup kode itu sendiri, dengan sebagian besar protokol blockchain publik menerbitkan kode sumbernya.
  • Resistensi terhadap Sensor – Jaringan blockchain menggunakan alamat dompet pseudonim sebagai identifikasi. Ini memungkinkan orang (atau aplikasi) bertransaksi tanpa khawatir tentang sensor finansial.
  • Jejak: Siapa saja dapat memverifikasi transaksi dan bahkan riwayat transaksi.
  • Interoperabilitas – Sebagian besar konsep blockchain saat ini tidak dapat berkomunikasi satu sama lain. Namun, protokol seperti Avalanche, Polygon 2.0, dan Chainlink sedang membangun cara agar blockchain dapat saling berkomunikasi, memungkinkan aset atau data di satu blockchain tersedia di blockchain lain.

Kekurangan dari Blockchain

Teknologi blockchain juga memiliki beberapa kekurangan dibandingkan dengan sistem tradisional. Berikut ini beberapa kekurangan yang dimiliki oleh blockchain:

  • Kecepatan dan Kinerja – Basis data yang dirancang khusus dan aplikasi lainnya dapat berjalan lebih cepat, melewati latensi jaringan terdesentralisasi dan metode konsensus yang lebih lambat.
  • Biaya Implementasi yang Lebih Tinggi – Membangun dan memelihara blockchain bisa mahal dibandingkan dengan menyesuaikan solusi yang sudah ada atau membangun aplikasi dengan bahasa pemrograman tradisional.
  • Modifikasi Data – Di blockchain, data tidak dapat diubah meskipun terjadi kesalahan, sedangkan sistem tradisional memungkinkan perbaikan data yang lebih mudah.

Kesimpulan


Teknologi blockchain adalah teknologi yang membentuk jaringan blok data yang terhubung dan tidak dapat diubah. Keunggulannya termasuk data tidak dapat diubah, transparansi, dan resistensi terhadap sensor, yang memungkinkan transaksi dapat diverifikasi dan dilacak secara publik.

Namun, blockchain memiliki tantangan dalam hal kecepatan, biaya implementasi, dan kesulitan dalam memodifikasi data. Sistem tradisional sering kali lebih cepat dan memungkinkan perbaikan data dengan lebih mudah.

Blockchain digunakan dalam berbagai aplikasi, mulai dari mata uang kripto, AI token, hingga kebutuhan industri. Beberapa protokol bekerja untuk meningkatkan interoperabilitas antar-blockchain, tetapi pilihan terbaik bergantung pada tujuan spesifik aplikasi.

FAQs

Blockchain itu apa?

Blockchain artinya teknologi yang digunakan untuk menyimpan data dalam blok-blok yang saling terhubung, membentuk rantai. Data yang disimpan di blockchain dirancang agar tidak dapat diubah dan didesentralisasi di banyak komputer di seluruh dunia.

Siapa yang memiliki blockchain?

Sebagian besar blockchain milik publik, seperti Bitcoin dan Ethereum, tidak dimiliki oleh satu orang atau organisasi. Blockchain ini dimiliki oleh komunitas yang memutuskan perubahan protokol secara kolektif.

Apa fungsi utama teknologi blockchain?

Fungsi utama blockchain adalah untuk transaksi peer-to-peer tanpa perantara. Saat ini, teknologi ini digunakan untuk berbagai aplikasi, termasuk bursa terdesentralisasi, pinjam-meminjam kripto, pelacakan rantai pasokan, dan game.

Jelaskan secara sederhana teknologi blockchain itu apa?

Teknologi blockchain adalah metode penyimpanan data dan transaksi melalui blok-blok data yang saling terhubung membentuk garis waktu. Desainnya dibuat agar data tidak bisa diubah, dan biasanya blockchain direplikasi di banyak node di seluruh dunia. Hal ini menjaga keamanan data dengan mendesentralisasi jaringan.

Apa tujuan sistem blockchain dibuat?

Penggunaan awal sistem blockchain adalah untuk memungkinkan transaksi peer-to-peer tanpa perantara seperti bank atau penyedia pembayaran. Penggunaan berikutnya mencakup aplikasi yang lebih kompleks seperti bursa terdesentralisasi untuk mata uang kripto, platform pinjam-meminjam, dan game.

Referensi